Partai Solidaritas Indonesia (PSI) bakal menggelar pemilu raya untuk memilih ketua umum baru. Acara yang digadang-gadang sebagai pesta demokrasi internal ini rencananya digelar pada 19-20 Juli 2025 di Solo. Pertanyaannya: benarkah ini murni kontestasi, atau sekadar formalitas belaka?

Dari daftar calon yang bermunculan, tiga nama mencuat dengan kekuatan politik masing-masing:

1. Ronald A (Bro Ron) – Si troubleshooter yang kerap muncul di layar smartphone warga +62 lewat investigasi kasus PIP bermasalah. Modal utamanya: citra clean governance dan kemampuan nguber duit rakyat yang raib.
2. Kaesang Pangarep (Sang Petahana) – Bukan sekadar brand ambassador PSI, tapi juga simbol politik anak muda (atau tepatnya, politik keluarga?). Popularitasnya tak diragukan, tapi apakah cukup untuk memimpin partai yang sedang on fire di pusaran kekuasaan?
3. Agus Herlambang (Si Anak Gerakan) – Mantan Ketua PB PMII ini punya dua senjata: gagasan segar dan jaringan kuat di kalangan Nahdliyin. Jangan heran kalau dia bisa jadi dark horse yang bikin peta politik PSI makin warna-warni.

Lalu, Apa yang Sebenarnya Dipertaruhkan?

Sebagai partai pendukung rezim saat ini, PSI punya PR besar: memastikan pucuk pimpinannya tetap sejalan dengan kekuasaan. Kaesang, dengan kedekatannya pada istana, seolah punya track record paling compatible. Tapi, apakah pola backroom dealing ala “meja kopi” akan kembali dipakai?

Atau jangan-jangan, pemilu raya ini cuma sekadar panggung sandiwara demi legitimasi semu, sementara hasil akhirnya sudah diputuskan di ruang smoking room para pengurus? Nanti, semua akan berujung pada bagi-bagi kursi dan tutup mulut bersama.

So, kita tunggu saja: apakah PSI benar-benar mau berdemokrasi, atau sekadar ngulang pola lama yang sudah bisa ditebak ending-nya?