Skip to main content

65 Tahun PMII, Menolak Tua Sebelum Dewasa

Poetri Febryani

Oleh: Poetri Febryani, Ketua KOPRI PC PMII Kota Bandung

“Usia hanyalah angka, tapi kedewasaan adalah konsekuensi dari kesadaran akan sejarah.” Di usianya yang ke-65, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) layak merenung: apakah kita sudah benar-benar dewasa sebagai gerakan? Atau justru tengah menua dalam siklus simbolisme tanpa arah?Sebagaimana diingatkan oleh Karl Marx, “The tradition of all dead generations weighs like a nightmare on the brains of the living.” Tradisi, bila tak dikritik, hanya akan menjadi beban sejarah. Dan hari ini, PMII sedang berjalan di antara dua kutub: antara warisan masa lalu dan ketidaksiapan menghadapi masa depan.

Dewasa Bukan Sekadar Bertambah Umur

Organisasi bukan hanya struktur, melainkan medan pertarungan gagasan dan kekuatan sosial. PMII dibentuk dalam konteks sejarah yang konkret, ketika mahasiswa mencari wadah yang memadukan identitas Islam dan keberpihakan pada rakyat.Namun kini, di usia 65 tahun, kita harus bertanya: apakah PMII masih menjadi ruang dialektis yang memihak pada rakyat tertindas, atau justru telah menjelma jadi institusi mapan yang alergi pada kritik?

Menjadi Simbol Tanpa Substansi

Kita menyaksikan bagaimana peringatan harlah dirayakan dengan baliho, pawai, potong tumpeng, dan doa bersama. Tetapi di saat yang sama, tak sedikit cabang dan komisariat yang kehilangan arah ideologis, hanya sibuk dengan seremonial tanpa substansi.Ketua dipilih bukan karena narasi dan keberpihakan, tapi karena koneksi dan “restu”. Kader dibina bukan untuk berpikir kritis, tapi untuk patuh. Kebenaran direduksi menjadi kesepakatan mayoritas. Dan pertanyaan dianggap pembangkangan.

Dalam logika Hegel “The owl of Minerva spreads its wings only with the falling of the dusk.”

Kita baru menyadari pentingnya refleksi ketika semuanya terlambat. Maka, sebelum malam terlalu larut, mari berpikir ulang: benarkah kita sedang bergerak? Atau hanya berputar dalam lingkaran warisan struktur yang tak lagi relevan?

Dialektika yang Hilang, Identitas yang Membeku

Sebagai gerakan, PMII seharusnya bergerak dari tesis ke antitesis menuju sintesis mengalami perjumpaan antara gagasan, realitas, dan tindakan. Tetapi banyak kader hari ini tumbuh dalam ruang yang steril dari dialektika. Forum dijadikan pengukuhan, bukan perdebatan. Nalar disubordinasikan oleh emosi kolektif.

Antonio Gramsci menulis “The crisis consists precisely in the fact that the old is dying and the new cannot be born.” PMII hari ini ada di tengah krisis itu struktur lama yang sudah usang belum juga ditinggalkan, namun kesadaran baru belum lahir dengan tegas. Kita terjebak dalam kemapanan yang nyaman, sambil berpura-pura menjadi gerakan perubahan.

Bukan Tentang Hari Ini, Tapi Masa Depan

65 tahun bukan akhir, tapi pertanyaan besar tentang masa depan. Apakah kita akan terus menjadi organisasi tua yang sibuk memelihara simbol, atau menjadi gerakan dewasa yang berani mengubah akar persoalan?Keberanian untuk berubah tidak terletak pada program, melainkan pada keberpihakan yang jelas. Bukan pada jargon, tapi pada kesediaan untuk berpikir, bersuara, dan bertindak melawan arus kekuasaan yang membungkam.

Sebagaimana Nietzsche mengingatkan “He who has a why to live can bear almost any how.” Jika PMII masih punya alasan yang jelas untuk hidup, untuk memperjuangkan kaum tertindas, untuk membela keadilan, dan untuk melawan dominasi kekuasaan yang timpang, maka setiap tantangan bukanlah beban, tapi panggilan sejarah.

Waktu Tidak Menunggu

Menolak tua bukan berarti memuja masa muda, melainkan menolak menjadi tua yang mandul, tak menghasilkan apa-apa selain puing-puing kenangan. Dan belum dewasa berarti masih ada harapan. Tapi harapan itu harus dijemput dengan refleksi dan keberanian.Harlah ini bukan perayaan kemenangan, tapi pengingat bahwa perjuangan masih panjang. Karena dalam sejarah, yang dikenang bukan yang paling lama bertahan, tapi yang paling berani mengguncang.

Tidak ada komentar!

Tenang saja, email anda tidak akan terekspos.


Alamat Kantor

Jl. Sekeloa No. 22, Kelurahan Lebak Gede, Coblong, Kota Bandung.

Hubungi Kami
E-mail
virtucivi@gmail.com

Nomor Telepon
+6289-7910-0694