
Lu pernah mikir nggak kalau debat itu bukan persoalan nada tinggi terus dianggap menang?
Debat itu lebih dari sekadar nada tinggi. Yang dicari sebenarnya adalah substansi dari bahasan yang dibangun. Jadi, kalau cuma modal suara keras, semua orang juga bisa. Tapi kalau punya substansi, belum tentu semua orang mampu, bro.
Nah, terus gimana caranya biar kita bisa menang debat dengan elegan sekaligus substansial? Itu pasti pertanyaan yang ada di benak lu semua. Yuk, gue bedah gimana caranya lu bisa menang debat dengan tepat sasaran berikut ini:
1. Kuatin Data, Bukan Cuma Ngomong
Debat itu udah pasti membahas topik khusus yang lagi lu obrolin. Prosesnya nggak bisa cuma asal ngomong, tapi perlu data yang relevan sama topik. Dari situ bisa dicari akar permasalahan yang konkret. Semakin kuat data yang lu tunjukin—basisnya teori plus realitas—itu udah jelas bakal susah dibantah.
Makanya, kuncinya lu harus banyak kaji isu dan baca. Itu yang bikin lu relevan sekaligus kuat secara argumentasi.
Contoh: lu lagi bahas soal kereta bisa maju gimana, terus lu respon argumen lawan dengan analogi motor bergerak. Itu nggak akan nyambung. Lawan debat lu bakal lebih gampang nyanggah argumen yang lu susun. Jadi, lu perlu banyak belajar, kajian isu, dan baca biar data serta realita yang lu bawa benar-benar kuat.
2. Atur Nada Suara dan Gesture
Nada suara berpengaruh banget pada persepsi lawan debat. Jangan sampai lu debat dengan nada keras kayak di warmindo, kesannya malah kayak lagi marah-marah. Ini penting buat lu perhatiin. Pakai nada yang santai tapi tetap bisa dipahami sama lawan bicara.
Gestur juga nggak kalah penting. Dalam riset komunikasi, peran komunikasi non-verbal katanya bisa berdampak sampai 70% pada perasaan lawan bicara. Contoh sederhana: senyuman tulus atau gestur yang hangat itu bisa lebih kuat dibanding sekadar omongan.
Kebayang nggak kalau lu bisa nyatuin dua hal ini—suara dan gesture? Itu bakal jadi powerfull banget dan lebih gampang diterima lawan debat.
3. Fokus Sama Argumen Lawan
Lu harus tau etika dalam berdebat: jangan serang orangnya, tapi serang argumennya. Ini bagian dari etika dasar supaya debat nggak dianggap sesat pikir. Dalam filsafat, kesalahan kayak gini disebut ad hominem. Jadi, kalau lu lagi debat, fokuslah pada data dan fakta yang relevan sama topik, bukan kepribadian lawan debat.
Contoh: lu lagi debat soal komposisi mie ayam yang enak. Tiba-tiba lawan debat bilang, “Dasar muka jelek, nggak ngerti komposisi!” Nah, ini udah masuk ke ad hominem. Itu bukan bantahan terhadap argumen, tapi nyerang kepribadian. Dan ini jelas jadi masalah.
Penutup
Debat yang elegan itu bukan soal siapa paling keras suaranya, tapi siapa yang paling nyampein argumen dengan data kuat, nada santai, gesture tepat, dan fokus ke substansi. Dengan begitu, lu bukan cuma bisa “menang” debat, tapi juga dapet respect dari lawan bicara.
Ingat, tujuan debat itu bukan bikin orang kapok ngobrol sama lu, tapi ngajak mereka mikir lebih dalam. Jadi, lain kali kalau lu masuk arena debat, bawalah data yang solid, sikap yang elegan, dan argumen yang tajam.
Karena pada akhirnya, menang yang sebenarnya itu bukan sekadar ngalahin lawan, tapi bikin semua orang ngerti isi pikiran lu.
Tidak ada komentar!