
Di antara setumpuk tugas kuliah, war tiket konser yang bikin deg-degan, dan harga tahu bulat yang sudah nggak serba lima ratus lagi, ada satu nama yang belakangan ini cukup sering dibicarakan di lingkaran mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD), khususnya Fakultas Sains dan Teknologi Terapan (FAST). Namanya Rizky Apriyanto, dan dia baru saja terpilih sebagai Gubernur BEM FAST UAD.
Sebagai mahasiswa, Rizky bukan tipikal pemuda yang cuma eksis di warung kopi dan sibuk mengumpulkan stempel di cup kopi literan. Dari obrolan kami, dia menunjukkan dirinya sebagai sosok yang punya pemikiran tajam, terutama soal isu-isu kebijakan pemerintah. Salah satunya soal program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintahan Pak Prabowo.
Tanggapan tentang #KaburDuluAja?
Ramai tentang #kaburduluaja yang di inisiasi kelompok muda karena situasi kegamangan tentang lapangan kerja dan masa depan banyak yang pada akhirnya pergi keluar negeri dengan di publikasi di sosial media seperti tiktok dan instagram. Menanggapi hal ini, Rizky menegaskan. “Bahwa situasi hari ini menghawatirkan tentang masa depan kelompok muda dan mahasiswa untuk bicara pada ruang mencari kerja, bahkan anehnya situasi ini dinilai oleh pemerintah katanya nggak nasionalis pada hal ini adalah bentuk kritik yang perlu di respon serius.” ujarnya.
Pendidikan Bukan Lagi Prioritas?
Sebagai mahasiswa yang kritis, Rizky melihat bahwa anggaran untuk pendidikan semakin dinomorduakan. “Pendidikan itu fundamental. Negara bisa maju kalau pendidikannya maju. Lihat aja negara-negara maju, pasti mereka punya sistem pendidikan yang bagus. Tapi kalau pendidikan nggak jadi prioritas, ya kita bakal stagnan,” ujarnya, menekankan pentingnya alokasi anggaran yang lebih bijak.
Menurut Rizky, kebijakan yang lebih memprioritaskan program lain seperti MBG tanpa memperhitungkan efek domino pada sektor lain bisa menyebabkan ketimpangan. “Di Papua, misalnya, masyarakat bilang mereka lebih butuh pendidikan gratis daripada makan gratis. Itu tanda kalau kebijakan ini nggak merata,” tambahnya.
Pendapat tentang Efisiensi Anggaran?
Selain pendidikan, Rizky juga menyoroti kebijakan efisiensi anggaran yang kerap dijadikan alasan untuk mengurangi pendanaan sektor esensial. “Oke lah, MBG ini bisa mengatasi masalah stunting. Tapi kita juga harus lihat dampak lainnya. Ketimpangan pendidikan dan kesehatan yang nggak merata itu juga masalah besar,” kata Rizky dengan nada serius. Menurutnya, kebijakan ini masih punya banyak bolong. Pendidikan dan kesehatan seharusnya tidak hanya jadi program dukungan, melainkan prioritas utama.
Ia menilai bahwa kebijakan yang tampak bagus di atas kertas bisa saja malah merugikan di lapangan jika tidak dilakukan dengan perhitungan yang matang. “Kalau kita bicara efisiensi anggaran, harusnya dialokasikan dengan adil. Jangan sampai satu sektor mendapat keistimewaan sementara sektor lain diabaikan,” tegasnya.
Rizky Menanggapi nitizen tentang mahasiswa yang ngomong doang bisanya?
Sering kali mahasiswa dituding hanya bisa berkoar-koar tanpa aksi nyata. Rizky menolak anggapan tersebut. “Kita memang perlu banyak bicara, tapi bukan sekadar omong kosong. Bicara itu harus didasarkan pada data, analisis, dan solusi konkret,” tegasnya.
Menurutnya, mahasiswa harus lebih dari sekadar pengkritik. Mereka harus terlibat langsung dalam advokasi kebijakan, penelitian, dan gerakan sosial yang berdampak nyata. “Jangan cuma demo sekali, terus hilang. Harus ada konsistensi dan keberlanjutan,” tambahnya.
“Mahasiswa itu agen perubahan. Kita nggak bisa cuma belajar di kelas tanpa aksi nyata. Kalau cuma modal tampang ganteng dan cantik, itu nggak cukup buat disebut keren. Yang keren itu yang bisa menjawab dan menyelesaikan permasalahan bangsa,” ujarnya.
Menurutnya, mahasiswa harus berani bersuara, mengkritisi kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat, dan mencari solusi. Diam atau memilih lari dari kenyataan bukanlah pilihan bagi generasi yang ingin membawa perubahan.
Ke depan, Rizky berencana untuk terus mengawal isu-isu kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan dan kesejahteraan publik. Dengan gaya bicaranya yang lugas dan pemikirannya yang tajam, sepertinya mahasiswa UAD nggak salah pilih Gubernur BEM tahun ini. Semoga bukan cuma panas di awal, tapi benar-benar bisa membawa perubahan nyata.
Kita tunggu gebrakannya, Mas Gubernur!
Tidak ada komentar!