
Feminisme telah mengalami berbagai transformasi sejak pertama kali muncul. Di era modern, dua gelombang yang sering dibahas adalah feminisme gelombang ketiga (1990-an – awal 2000-an) dan feminisme gelombang keempat (2010-an – sekarang). Kedua gelombang ini memiliki tujuan utama yang sama—kesetaraan gender—tetapi berkembang dengan cara yang berbeda sesuai dengan perubahan zaman. Lalu, apa perbedaan utama antara keduanya? Bagaimana perjuangan hak perempuan berkembang dari gelombang ketiga ke keempat?
Feminisme Gelombang Ketiga: Pluralisme dan Identitas
Feminisme gelombang ketiga lahir pada awal 1990-an sebagai respons terhadap keterbatasan gelombang kedua.
Beberapa karakteristik utama dari gelombang ini adalah Menekankan Keberagaman Identitas Feminisme gelombang ketiga menolak gagasan bahwa pengalaman perempuan bersifat universal.
Gerakan ini menyoroti keberagaman identitas berdasarkan ras, kelas sosial, orientasi seksual, dan latar belakang budaya.
Kritik terhadap Feminisme Arus Utama
Para feminis gelombang ketiga mengkritik bahwa feminisme sebelumnya terlalu berfokus pada pengalaman perempuan kulit putih kelas menengah ke atas. Oleh karena itu, mereka memperjuangkan intersectionality (persimpangan berbagai bentuk penindasan).
Budaya Pop dan Aktivisme yang Lebih Fleksibel Feminisme gelombang ketiga menggunakan media populer dan budaya konsumsi sebagai alat perjuangan. Tokoh seperti Madonna dan Beyoncé mulai menggunakan platform mereka untuk mengangkat isu kesetaraan gender.
Kebebasan Ekspresi Individu
Feminisme pada era ini juga menekankan bahwa perempuan memiliki hak atas tubuhnya sendiri, termasuk dalam berpakaian dan berekspresi, tanpa harus dikontrol oleh standar patriarki maupun feminisme konservatif.
Feminisme Gelombang Keempat: Digital dan Perlawanan Global
Gelombang keempat feminisme mulai berkembang sekitar 2010-an, dipengaruhi oleh teknologi dan media sosial. Perbedaan utama antara feminisme gelombang ketiga dan keempat adalah cara penyebaran informasi serta isu yang diperjuangkan.
Feminisme Digital, Media Sosial sebagai Alat Gerakan feminisme gelombang keempat sangat bergantung pada internet dan media sosial seperti Twitter, Instagram, dan TikTok. Kampanye viral melalui media sosial dengan menggunakan hastag seperti #MeToo dan #TimesUp menjadi bukti bagaimana aktivisme digital dapat membawa perubahan nyata.
Fokus pada Kekerasan Seksual dan Hak Reproduksi Isu pelecehan seksual, kekerasan berbasis gender, dan hak reproduksi menjadi perhatian utama feminisme gelombang keempat.
Gerakan ini menekan perusahaan, pemerintah, dan individu untuk lebih bertanggung jawab terhadap kasus pelecehan dan diskriminasi.
Advokasi Kebijakan dan Reformasi Hukum
Berbeda dengan gelombang ketiga yang lebih fokus pada kesadaran individu, gelombang keempat mendorong perubahan kebijakan hukum terkait kesetaraan gaji, cuti melahirkan, dan perlindungan terhadap pelecehan seksual di tempat kerja.
Gerakan Global yang Lebih Inklusif
Feminisme gelombang keempat semakin memperluas cakupan globalnya, mendukung perjuangan perempuan di berbagai negara yang masih menghadapi diskriminasi sistemik, seperti larangan pendidikan bagi perempuan di beberapa wilayah atau minimnya akses terhadap layanan kesehatan reproduksi.
Tidak ada komentar!