
Pemimpin itu mengemis kekuasaan,
Yang dipegang oleh rakyat di tangan.
Tiap lima tahun berkeliling,
Membagi uang—hak rakyat yang diklaim.
Namun saat terpilih, lupa dan angkuh,
Wajahnya sulit disapa rakyat yang patuh.
Ego lahir kala kuasa di tangan,
Seakan dewa, tak sudi turun ke lahan.
Lupa daratan, merasa menguasai lautan,
Menindas yang lemah, menghamba ke atasan.
Fasisme tumbuh, semaunya bertindak,
Hukum dijadikan alat, tanpa rambu dan jejak.
Dia lupa, dipilih oleh siapa,
Dan pernah mengemis di kaki massa.
Begitulah nasib negara demokrasi,
Di bawah bayang para fasis negeri ini.
Tidak ada komentar!