
Ikhwanul Muslimin (IM) adalah organisasi gerakan dengan konsep pendidikan politik yang berdiri di Mesir pada tahun 1928 dengan tokoh penggerak yaitu Imam Hassan Al-Banna. IM berdiri untuk merespon atas penjajagan Inggris di mesir di mana posisi masyarakat pada saat itu mulai tergiring pada arus sekuleritas yang di rasa oleh Imam Hassan Al-Bannan bukan solusi untuk melawan penjajahan.
IM memiliki tujuh pendiri yang menghibahkan hartanya untuk gerakan organisasi ini agar bisa berjalan yaitu, Hassan Al-Banna didukung oleh enam tokoh lainnya, yaitu Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi. Dengan dukungan tokoh-tokoh ini IM mulai menyebar ke penjuru mesir untuk menggaungkan pendidikan politik.
Gerakan yang di bangun adalah dengan cara melakukan pendidikan dengan selogan “Islam adalah solusi” di tengah partai sekuler mesir yang menjalar pada saat itu. IM membawa corak yang berbeda pada proses gerakan sosial yang lebih memilih jalan pendidikan dan mengajar umat agar sadar bahwa sekuler tidak akan bisa menuntaskan penjajahan inggris.
Jika kita analisi ada 4 fase IM hingga menjadi besar seperti sekarang :
- Fase Perintisan (1928-1932): Dimulai sebagai gerakan dakwah yang inklusif, Ikhwanul Muslimin secara bertahap memperluas jangkauannya di Mesir. Dengan mendirikan berbagai lembaga pendidikan dan publikasi, organisasi ini berhasil menarik minat masyarakat luas.
- Fase Pembinaan dan Perkembangan (1932-1939): Pada fase ini, fokus Ikhwanul Muslimin bergeser ke ranah politik. Hassan al-Banna secara terbuka mengkritik pemerintahan Mesir dan menyerukan reformasi berdasarkan nilai-nilai Islam.
- Fase Pembinaan dan Perjuangan (1939-1952): Dengan memanfaatkan momentum Perang Dunia II, Ikhwanul Muslimin semakin menguat dan terlibat dalam berbagai konflik regional, seperti perang melawan Israel. Organisasi ini juga aktif menyebarkan ideologinya ke negara-negara Arab lainnya.
- Masa Revolusi (1952-1954): Setelah revolusi Mesir tahun 1952, hubungan Ikhwanul Muslimin dengan pemerintah menjadi tegang. Pembunuhan Hassan al-Banna semakin memperuncing konflik antara keduanya.
Perkembangan Selanjutnya:
- Penindasan dan Radikalisasi: Pada tahun 1965, Ikhwanul Muslimin dilarang dan banyak anggotanya ditangkap atau dibunuh. Penindasan yang dialami menyebabkan sebagian anggota organisasi menjadi radikal.
- Kebangkitan Kembali: Meskipun sempat terpuruk, Ikhwanul Muslimin berhasil bangkit kembali pada tahun 1980-an dan kembali menjadi kekuatan politik yang signifikan di Mesir.
Tidak ada komentar!